Home About Archive Exit Top
KULIAH : ORGAN PERNAFASAN
Selasa, 21 Desember 2010 // 02.04

Tujuan : Menunjukan organ yang terkait dalam pernapasan pada katak
Alat dan Bahan:
            Alat:    -jarum Pentul 
                        -Disceting set (Gunting bedah, pisau bedah, Pinset)
                        -Papan Bedah
                       - Kapas 
            Bahan: -Katak
                        -Formalin(Bahan Pembius)
                        -Chloroform


Prosedur Kerja
  1. Baca dan Pahami terlebih dahulu uraian dan petunjuk praktikum secara teliti.
  2. Siapkan Kapas yang sudah diberi formalin, peganglah Katak, kemudian Biuslah dengan kapas yang sudah di beri Formalin.
  3. Letakkan katak yang sudah dibius pada papan bedah dengan bagian dorsal menghadap ke atas .
  4. Tusukkan jarum pentul pada ujung ekstremitas anterior dan posterior.
  5. Sayatlah dengan menggunakan pinset dan skapal bagian thorak dari katak lebih kurang 2 cm sampai terlihat jantungnya. Tariklah bagian yang dibedah,kemudian tusuklah dengan jarum pentul agar dapat diamati dengan jelas
  6. Amati dan gambarlah sistem pernapasan pada katak, Seperti larynx, paru-paru dan seterusnya. 
  7. Bukalah mulut katak dan lihatlah bagian belakang dari rongga mulutnya maka akan terlihat kerongkongan yang diapit oleh tulang rawan,itulah ujung larynx

Dasar Teori 
Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru-paru. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karma kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit pare-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi di kulit. 
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan paruparu walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia. Katak mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek. 
Dalam paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru. Mekanisme inspirasi adalah sebagai berikut. Otot Sternohioideus berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui koane.
Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot perut dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbon dioksida keluar.




Hasil pengamatan dan Pembahasan                                 


Dari hasil pengamatan dapat Kita lihat Organ pernapasan pada katak untuk melakukan pertukaran gas O2 dan CO2 Yaitu Lubang hidung, Laring, dan Paru-paru. Pernapasan katak Diawali ketika katup glottis tertutp maka volume rongga faring membesar dan tekanan menjadi kecil,Saat rongga hidung terbuka maka udara dari luar masuk dari hidung menuju rongga faring sehingga mengakibatkan Dasar faring turun dan glottis terbuka Dan saat itu udara dari paru-paru keluar menuju Lobang hidung sehingga mengakibatkan volume paru-paru mengecil dan tekanan nya menjadi besar dan Udara sisa keluar,Glotis terbuka dan volume paru-paru kecil kemudian keluar melewati atas faring.Setelah udara sisa keluar Volume paru-paru membesar dan tekanan nya mengecil menyebabkan lobang hidung tertutp dan tekanan faring membesar dari pada paru-paru sehingga udara masuk ke paru-paru sehingga terjadi respirasi lagi.

Kesimpulan
Organ pernapasan pada katak untuk melakukan pertukaran gas O2 dan CO2 Yaitu Lubang hidung, Laring, dan Paru-paru. Dalam paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru 


sumber :
http://zoru29.wordpress.com/2009/01/27/sistem-respirasi-pada-katak/
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0074%20Bio%202-8a.html

Label:


-------------


KULIAH : PENGARUH KECEPATAN PERNAPASAN
// 01.33


Tujuan : Mengetahui Faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan pernapasan

Alat dan Bahan
            Alat     : Respirometer
                          Timbangan
                          Kapas
            Bahan  : Eosin
                          Vaselin
                          KOH
                          Belalang 
Prosedur Kerja
  •       Siapakan Respirometer Sederhana 2 buah 
  •       Masukan KOH kedalam kedua tabung Respirometer 
  •       Timbang 2 Ekor Belalang yang beratnya berbeda 
  •       Masukan belalang berukururan kecil pada tabung Respirometer 1 dan Belalang besar pada tabung  Respirometer 2. 
  •       Teteskan cairan berwarna(Eosin) pada ujung pipa berskala di kedua tabung 
  •       Beri tanda batas cairan pada setiap menit 
  •       Amati bagaimana cairan pada kedua tabung tersebut 
  •       Catatlah hasil pengamatan pada table
Dasar Teori
Semua serangga adalah organisme aerobik mereka harus mendapatkan oksigen (O 2) dari lingkungan mereka untuk bertahan hidup. Mereka menggunakan reaksi metabolik yang sama seperti binatang lain (glikolisis, Kreb's siklus, dan sistem transportasi elektron) untuk mengubah zat gizi (misalnya gula) ke dalam energi ikatan kimia ATP. Selama langkah terakhir dari proses ini, atom oksigen bereaksi dengan ion hidrogen untuk menghasilkan air, melepaskan energi yang ditangkap dalam sebuah ikatan fosfat ATP.
Sistem pernapasan bertanggung jawab untuk memberikan cukup oksigen ke semua sel tubuh dan untuk menghilangkan karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan sebagai produk limbah respirasi selular. Sistem pernapasan serangga (dan banyak lainnya arthropoda) adalah terpisah dari sistem peredaran darah Ini adalah jaringan kompleks tabung (disebut sistem trakea) yang memberikan udara yang mengandung oksigen ke setiap sel tubuh.
Serangga kecil hampir secara eksklusif pada difusi pasif dan aktivitas fisik untuk pergerakan gas dalam sistem trakea. Namun, serangga yang lebih besar mungkin memerlukan ventilasi aktif dari sistem trakea (terutama ketika aktif atau di bawah tekanan panas). Mereka melakukannya dengan membuka dan menutup beberapa spiracles serangga lain saat menggunakan otot perut untuk bergantian memperluas dan tubuh kontrak volume. Meskipun gerakan-gerakan berdenyut ini menyiram udara dari satu ujung tubuh yang lain melalui trakea longitudinal batang, difusi masih penting untuk mendistribusikan oksigen ke sel-sel individual melalui jaringan yang lebih kecil tabung trakea.

reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut:

C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6H2O + ATP

Laju konsumsi oksigen dapat ditentukan dengan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan mikrorespirometer, metode Winkler, maupun respirometer Scholander atau respirometer sederhana.

Penggunaan masing-masing cara didasarkan pada jenis hewan yang akan diukur laju konsumsi oksigennya.
Ä
Mikrorespirometer dipakai untuk mengukur konsumsi oksigen hewan yang berukuran kecil seperti serangga atau laba-laba. Alat ini terdiri atas syringe, kran 3 arah, tabung spesimen, dan tabung kapiler berskala.
Metode Winkler merupakan suatu cara untuk menentukan banyaknya oksigen yang terlarut di dalam air (Anonim, wikipedia.org). Dalam metode ini, kadar Oksigen dalam air ditentukan dengan cara titrasi. Titrasi merupakan penambahan suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar) ke dalam larutan lain yang tidak diketahui konsentrasinya secara bertahap sampai terjadi kesetimbangan (Chang, 1996).
Dengan metode Wingkler, kita dapat mengetahui banyaknya oksigen yang dikonsumsi oleh hewan air seperti ikan.
Ä
Respirometer scholander/ sederhana terdiri atas syringe, manometer, tabung spesimen, Saluran masuk Saluran keluar, dan tabung kontrol.

Pembahasan dan Hasil Pengamatan
Tabel  Tabung Respirometer 1 berat belalang 0,5(Belalang Kecil)
Menit
Jumlah O2
Selisih
0
0,08
0,08
1
0,10
0,02
2
0,21
0,11
3
0,31
0,10
4
0,36
0,05
5
0,40
0,04
6
0,43
0,03
7
0,45
0,02
8
0,47
0,02
9
0,48
0,01
10
0,49
0,01
∑ = 10
∑ = 3,78/10 =0,378
∑ = 0,49/10 = 0,049

Tabel Tabung Respirometer 2 berat belalang 2,1(Belalang Besar)
Menit
Jumlah O2
Selisih
0
0,30
0,30
1
0,48
0,13
2
0,65
0,17
3
0,75
0,10
4
0,82
0,07
5
0,88
0,06
∑  = 5
∑ = 3,88/5 = 0,776
∑ = 0,83/5 = 0,166


Diagram Kedudukan eosin dan kecepatan rata-rata
Dalam percobaan ini, khususnya pada percobaan yang menggunakan respirometer Scholander, digunakan KOH. Fungsi dari KOH  ini adalah untuk mengikat CO2. Sehingga pergerakan dari larutan bergerak benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen sehingga dapat dilihat jumlah O2 yang mampu di perolehnya saat bernapas. Adapun reaksi yang terjadi antara KOH dengan CO2  adalah sebagai berikut:
KOH + CO2→K2CO3 + H2O
Pada Hasil pengamatan dapat dilihat Kedudukan eosin rata-rata dan kecepatan rata-rata O2 yang dapat diperoleh oleh belalang dengan memeberikan perlakuan yang berbeda yaitu dengan belalang dgan berat ringan 0,2gr dan belalang berat dewasa 2gr didapatkan hasil sebagai berikut

Kedudukan Eosin rata-rata belalang 0,5gr yaitu
===0,049
Kecepatan rata-rata O2 belalang 0,5gr yaitu
===0,378

Kedudukan Eosin rata-rata 2gr yaitu
===0,166
Kecepatan rata-rata O2 belalang 2gr yaitu
===0,776

Dari data-data dan hasil pengolahan data dapat dilihat berbagai factor yang dapat mempengaruhi Kecepatan atau laju konsumsi O2 yaitu
1.       Spesies hewan
2.       Aktivitas
3.       Suhu lingkungan
4.       Jumlah pemberian KOH

Kesimpulan
Kecepatan rata-rata O2 belalang 0,5gr yaitu 0,378
Kecepatan rata-rata O2 belalang 2gr yaitu 0,776
factor yang dapat mempengaruhi Kecepatan atau laju konsumsi O2 yaitu
1.       Spesies hewan
2.       Aktivitas
3.       Suhu lingkungan
4.       Jumlah pemberian KOH

Daftar Pustaka
http://www.google.co.id/search?client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen US%3Aofficial&channel=s&hl=id&source=hp&q=Fungsi+KOH+&meta=&btnG=Penelusuran+Google
http://marano-nova.blogspot.com/2010/02/

Label:


-------------


KULIAH : Detil data Lepironia articulata Domin
Senin, 13 Desember 2010 // 04.41

Detil data Lepironia articulata Domin.


















 Spesies :
Lepironia articulata Domin.
Nama Lokal :
purun (Bangka), purun danau (Kalimantan), tekor (Sumatra Selatan).
Deskripsi :
Merupakan herba tahunan, subaquatic, rush-like, tidak berdaun, ber-rhizom, tinggi mencapai 2.5 m, biasanya tumbuh pada kelompok besar. Rhizome merambat secara horisontal, beberapa cm di bawah permukaan lumpur, sekitar 15 cm x 0.5-1 cm, pada awalnya berdaging kemudian menjadi berkayu, banyak ruas, panjang antar ruas sekitar 1 cm, berwarna coklat tua. Batang atau buluh, tersusun dalam satu garis sepanjang rhizome, masing - masing tegak, silindris pipih, 0.4-2.5 m x 2-8 mm, hijau - abu - abu. Daun tereduksi menjadi pelepah tidak berhelai daun, panjang 3-30 cm, pada bagian teratas paling panjang, tepi overlapping, kecoklatan atau kemerahan .Inflorescence terdiri atas satu kelompok mirip tandan, tegak, seperti buluh, panjang involucral bract 2-6 cm long, elipsoid, 1-4 cm x 0.5-1.5 cm, coklat keunguan, banyak bunga; cabang tegak, spongious, berbentuk kerucut, persistent, tersusun spiral, merah - coklat; tiap cyme bunga betina terminal dan berjumlah sekitar 15, kecil, hyaline, hypogynous scales, masing - masing menyokong satu bunga jantan tetapi pada bagian atas biasanya kosong, paling bawah berpasangan berlawanan, terlipat, melanset, 4-6 mm x 0.5 mm; bunga jantan hanya dengan 1 benang sari, anthera linear, panjang 2-3 mm; bunga betina terdiri atas naked pistil, tangkai sari bersambungan dengan ovarium dan berakhir dalam 2 stigma yang panjang. Buah ganda mirip achene, berwarna coklat, gundul tetapi tepi scaberulous pada bagian atasnya..
Distribusi/Penyebaran :
Lepironia articulata terdapat secara diskontinue dari Madagaskar melalui Sri Lanka, China dan Asia Tenggara (Thailand, Indo-China, Semenanjung Malaysia, Sumatra, Bangka, Borneo, Sulawesi, Moluccas, New Guinea) hingga Australia, Pulau Caroline, New Caledonia dan Fiji. Tanaman ini ditanam di Thailand, Sumatra, Borneo, India and China.
Habitat :
Lepironia articulata ditemukan pada air yang dangkal (biasanya kedalaman kurang dari 0.8 m) di lokasi rawa terbuka, padang lumut terbuka, rawa di hutan padang rumput dan sepanjang aliran air yang tenang, biasanya dekat pantai. Tanaman ini tumbuh di oligotrophic, pH air 5.0-6.5. Di Sumatra, terdapat pada ketinggian 1000 m alt, in Semenanjung Malaysia (Terengganu) pada 1200 m dan di Papua New Guinea mencapai 1750 m alt. Lepironia articulata biasanya membentuk komunitas ekstensif.
Perbanyakan :
Di Kalimantan, penanaman Lepironia articulata dilakukanis melalui pemisahan rumpun dengan kedalaman 30 cm. Jarak tanam 30-40 cm, dengan masing-masing kantong berisi 20-30 tunas. Sebelum ditanam, area harus dibersihkan dari gulma, tetapi tidak praktis. Reproduksi alami Lepironia articulata di rawa Tasek Bera terutama secara vegetatif adalah melalu rhizome, dengan tunas baru muncul dari rhizome setiap 51-55 hari.
Manfaat tumbuhan :
Batang Lepironia articulata dibuat menjadi keset, tas dan keranjang, misalnya di Indonesia, Kamboja dan Papua New Guinea, dan menjadi bahan tirai jendela. Di Kalimantan dan Sumatra Selatan, keset yang kuat dan tertutup lengkap digunakan sebagai bungkus, tembakau, karet, kapok, kapas, gula dan produk lainnya, untuk mengeringkan padi dan untuk transport produk makanan seperti beras, garam dan ikan kering. Di China Lepironia articulata digunakan untuk membuat keset. Di Australia rhizome yang masih berdaging dan tebal dimakan oleh suku aborigin.
Sinonim :
Restio articulatus Retz. (1786-1787), Lepironia mucronata L.C. Rich. (1805), Lepironia compressa Boeckeler (1896).
Sumber Prosea :
17: Fibre plants p.170-172 (author(s): Brink, M and Escobin, R.P.)
Kategori :
Serat pakaian
 Source : http://www.proseanet.org/prohati3/browser.php?docsid=408


Kingdom
Plantae – Plants
Subkingdom
Tracheobionta – Vascular plants
Superdivision
Spermatophyta – Seed plants
Division
Magnoliophyta – Flowering plants
Class
Liliopsida – Monocotyledons
Subclass
Order
Family
Cyperaceae – Sedge family
Genus
Species

Label:


-------------


KULIAH : JARINGAN PARENKIM KOLENKIM DAN SKLERENKIM
Rabu, 08 Desember 2010 // 04.10

PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Jaringan adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi sama. Jaringan pada tumbuhan dan hewan berbeda. Sekumpulan jaringan akan membentuk organ. Cabang ilmu biologi yang mempelajari  jaringan adalah histologi. Sedangkan cabang ilmu biologi yang mempelajari jaringan dalam hubungannya dengan penyakit adalah histopatologi. Jaringan pada tubuh tumbuhan  dikelompokkan berdasarkan tempatnya dalam tumbuhan, tipe sel, fungsi, asal-usul, dan tahap perkembangannya.
Berdasarkan jumlah tipe sel penyusunnya, jaringan dibedakan menjadi jaringan sederhana dan jaringan rumit. Jaringan sederhana bersifat homogeny, hanya terdiri atas satu tipe sel sedangkan jaringan rumit bersifat heterogen, terdiri atas dua atau lebih sel. Parenkim, kolenkim,sklerenkim adalah jaringan sederhana, sedangkan xylem, floem,dan epidermis adalah jaringan rumit. Di tahun 1875, Sachs membagi jaringan dalam tiga system berdasarkan kesinambungan topografi yakni system dermal, siste jaringan pembuluh, dan system jaringan dasar. System dermal meliputi epidermis, yakni pelindung primer (pertama) bagi bagian luar tubuh, dan periderm, yang menggantikan epidermis pada tumbuhan yang mengalami pertumbuhan sekunder.. system jaringan pembuluh terdiri dari xylem yakni yang mengangkut air dan garam dalam tanah, dan floem yang mengangkut hasil fotosintesis.
Sistem jaringan dasar mencakup jaringan yang membentuk dasar bagi tumbuhan, namun sekaligus juga dapat menunjukkan spesialisasi. Jaringan dasar utama adalah parenkim dengan semua ragamnya, kolenkim, yakni jaringan yang berdinding tebal dan sel tetap hidup, sklerenkim akni jaringan berdinding tebal dan sering kali berkayu sehingga keras dengan sel yang biasanya mati.
Dalam tubuh tumbuhan, jaringan tersebar dalam pola khas bagi kelompok tumbuhan yang bersangkutan. Pada dasarnya ada kemiripan dalam pola penyebaran jaringan pada tumbuhan dikotil sebab jaringan pembuluh tertanam dalam jaringan dasar dan system dermal merupakan penutup di sebela h luar. Pada tumbuhan dikotil, misalnya jaringan pembuluh batang membentuk silinder berongga. Rongga tersebut terisi ljaringan dasar (empulur) dan ada pula yang berada diantara silinder pembuluh dan system dermal (korteks). Pada daun, jaringan pembuluh membentuk system yang beranastomosis dalam jaringan dasar yang terdiferensiasi sebagai mesofil pada akar dapat ditentukan silinder jaringan pembuluh yang seringkali tidak mengelilingi empulur  (korteks).

1.2  Tujuan
a.       Untuk mengetahui macam-macam jaringan pada tumbuhan
b.      Untuk mengetahui fungsi jaringan pada tumbuhan
c.        Untuk mengetahui posisi/ letak jaringan pada tumbuhan

1.3  Rumusan Masalah
a.       Apa itu jaringan parenkim?
b.      Apa itu jaringan kolenkim?
c.       Apa itu jaringan sklerenkim?
d.      Apa fungsi dari ketiga jaringan?
e.       Dimana letak dan susunan dari ketiga jaringan tersebut?

PEMBAHASAN

2.1 JARINGAN PARENKIM
2.1.1 Pengertian jaringan parenkim
Jaringan parenkim adalah bagian utama system jaringan dasar dan terdapat pada berbagai organ sebagai jaringan yang berkesinambungan karena merupakan penyusun sebagian besar jaringan pada akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.  Pada tubuh primer, parenkim berkembang dari meristem dasar. Sedangkan pada tubuh sekunder, berkembang dari kambium pembuluh serta kambium gabus.
Karena merupakan sel hidup, sel-sel parenkim masih dapat membelah meskipun telah dewasa. Oleh sebab itu, sel parenkim berperan penting dalam penyembuhan luka dan regenerasi.
Jaringan ini memiliki cirri-ciri sebagai berikut.
a.       Terdiri dari sel-sel hidup yang berukuran besar dan berdinding tipis.
b.      Bentuk sel parenkim segi enam.
c.       Memiliki banyak vakuola.
d.      Mampu bersifat meristematik.
e.       Memiliki ruang antar sel sehingga letaknya tidak rapat.
Adapun fungsi jaringan parenkim antara lain :
·         Sebagai pengisi tubuh
·         Tempat menyimpan cadangan makanan
·         Parenkim yang berklorofil berfungsi sebagai tempat fotosintesis
2.1.2 Klasifikasi Jaringan Parenkim
Berdasarkan fungsinya, parenkim dibagi menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut.
a). Klorenkim (Parenkim asimilasi)
adalah sel parenkim yang berisi kloroplas dan berfungsi untuk fotosintesis. Sel ini mempunyai satu vakuola atau lebih, misalnya parenkim palisade pada daun karet
 ( ficus elastica ).
b). parenkim penimbun
adalah sel parenkim yang biasanya berisi leukoplas( cadangan makanan). Sel parenkim ini menyimpan bahan cadangan makanan dalam bentuk partikel padat, atau cairan dalam sitoplasma. Parenkim penimbun biasanya terdapat pada empulur batang, akar, umbi, rimpang, buah, dan endosperm biji. Misalnya, parenkim penimbun pada pisang
( musa paradisiacal ).

c). parenkim air
parenkim air umumnya terdapat pada tubuh tumbuhan yang hidup di daerah kering (xerofit), tumbuhan epifit, dan tumbuhan sukulen. Umumnya, sel berukuran besar, berdinding tipis, lapisan sitoplasmanya tipis, hanya mengandung sedikit kloroplas atau bahkan tidak sama sekali, dan mempunyai vakuola besar yang berisi cairan berlendir.

d). aerenkim (parenkim udara)
aerenkim banyak terdapat pada batang dan daun tumbuhan yang tumbuh di tempat yang mengandung air dan tumbuhan yang habitatnya di air (hidrofit). Jaringan ini berfungsi untuk pertukaran udara. Misal pada eceng gondok ( eichhornia crassipes ).
2.1.3 bentuk dan susunan sel parenkim
            Kebanyakan bentuk sel parenkim bersisi banyak (polyhedral). Sel parenkim memanjang dijumpai dalam jaringan palisade daun dan pada jari-jari empulur. Sel parenkim yang berongga terdapat pada permukaan spons dan parenkim palisade lilium. Sel parenkim membintang ditemukan pada batang tumbuhan yang ruang udaranya berkembang baik, seperti juncus dan scirpus.
            Parenkim dewasa dapat pula tersusun amat rapat selnya seperti pada endosperm atau ditemukan sebagai jaringan dengan ruang antarsel yang luas seperti pada batang. Ruang antarsel terjadi secara sizogen dan lisigen.

2.2 JARINGAN KOLENKIM
2.2.1 Pengertian Jaringan Kolenkim
Merupakan jaringan penyokong  atau penguat pada organ tubuh muda. Kolenkim bersifat plastis dan dapat merenggang secara permanen bersama dengan pertumbuhan organ tempatnya berada. Kolenkim tersusun atas sel-sel hidup dengan protoplasma yang aktif. Sel kolenkim dapat mengandung kloroplas, makin sederhana diferensiasinya makin banyak kloroplasnya, sehingga menyerupai parenkim.
Kolenkim dapat ditemukan pada batang, daun, serta pada bagian bunga dan buah. Biasanya kolenkim terdapat langsung dibawah epidermis.
2.2.2 Struktur dan susunan sel kolenkim
Ukuran dan bentuk sel kolenkim beragam. Sel dapat berupa prisma pendek atau bisa pula panjang seperti serat dengan ujung runcing. Menurut penebalan dindingnya, kolenkim dibedakan atas tiga jenis utama diantaranya:
a.       Kolenkim sudut, dengan penebalan memanjang pada sudut sel. Contoh: pada batang solanum tuberosum dan pada salvia
b.      Kolenkim papan, dengan penebalan terutama pada dinding tangensial. Contoh: pada korteks batang sambucus nigra.
c.       Kolenkim lakuna, yang mirip kkolenkim sudut namun banyak mengandung ruang antarsel. Penebalan dinding terjadi di sekitar ruang antarsel itu. Contoh: pada batang ambrosia.
Dinding kolenkim terdiri dari lapisan yang kaya selulosa dan miskin pektin. 
2.3 JARINGAN SKLERENKIM
2.3.1 Pengertian jaringan sklerenkim
Merupakan jaringan penyokong yang terdapat pada organ tubuh tumbuhan yang telah dewasa. Jaringan sklerenkim tersusun oleh sel-sel mati yang seluruh bagian  dindingnya mengalami penebalan sehingga kuat, sel-selnya lebih kaku daripada sel kolenkim, sel sklerenkim tidak dapat  memanjang.
2.3.2 Macam-macam sel sklerenkim
     a) Sklereid
Terdapat di berbagai tempat dalam tubuh tumbuhan. Sklereid berhimpun menjadi kelompok sel keras diantara sel parenkim di sekelilingnya. Sklereid dapat dibagi empat macam : (1) brakisklereid atau sel batu yang bentuknya hampir isodiametrik, misalnya floem kulit kayu pohon. (2) makrosklereid yang berbentuk batang sering ditemukan dalam kulit biji, misalnya pada leguminosae, (3) osteosklereid yang berbentuk tulang dengan ujung-ujungnya yang membesar kadang-kadang sedikit bercabang. (4) asterosklereid yang bercabang-cabang dan berbentuk bintang sering terdapat pada daun.
      b) serat
Serat terdapat di berbagai tempat dalam tubuh tumbuhan. Serat paling sering ditemukan diantara jaringan pembuluh. Menurut tempatnya dalam tubuh, dibedakan menjadi serat xylem dan ekstra xylem.
Serat xylem merupakan bagian jaringan pembuluh dan berkembang dari prokambium, yakni jaringan yang menghasilkan jaringan pembuluh. Dua macam serat xylem dibedakan berdasarkan tebal dinding dan noktah adalah serat libriform dan serat trakeid.
Serat extra xylem dalam tumbuhan terdapat di luar xylem, misalnya ditemukan dalam korteks atau dalam floem sebagai bagian dari floem. 

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jaringan dewasa terbagi menjadi tiga jaringan, yaitu jaringan parenkim, kolenkim, dan sklerenkim.
Jaringan parenkim merupakan jaringan dasar dimana selnya masih dapat membelah meskipun telah dewasa. Bentuknya beragam, seringkali bersegi banyak namun bisa juga berupa bintang. Dindingnya primer namun dapat pula sekunder. Fungsinya antara lain dalam fotosintesis, penyimpanan bahan makanan dan penyembuhan luka.
Jaringan kolenkim adalah jaringan hidup, erat hubungannya dengan parenkim, dan terspesialisasi sebagai penyokong dalam organel muda. Bentuk sel berkisar antara bentuk prisma hingga bentuk memanjang.
Jaringan sklerenkim dapat berkembang dalam tubuh tumbuhan primer ataupun sekunder. Fungsinya adalah sebagai penyokong bagian tumbuhan yang telah dewasa. Dindingnya tebal, sekunder, dan sering berlignin, dan pada saat dewasa, protoplasnya bisa hilang.



DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Estiti B.1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : Kanisius.
www.e-dukasi.net diakses pada tanggal 4 Oktober 2010 pukul 17.17
www.fp.unud.ac.id/.../anatomi-dan-morfologi-tanaman/  diakses pada tanggal 4 Oktober 2010   
      pukul 17.17
kamuspengetahuan.blogspot.com/.../jaringan-pada-tumbuhan.html diakses pada tanggal
      4 Oktober 2010 pukul 17.17





Label:


-------------